20 Maret 2018

Kelompok Tani Organik Parmalim Produksi POP 30 Ton

KELOMPOK TANI ORGANIK PARMALIM : PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT ATAU KOMPOS 30 TON SECARA MANUAL
Oleh Marubat Sitorus
Pupuk sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian. Penggunaan pupuk kimia (pupuk buatan) secara terus menerus dapat merusak tekstur tanah, sehingga produksi pertanian akan menurun dan dapat merugikan petani. Untuk menjaga hal ini tidak terjadi, dIbutuhkan penggunaan pupuk organik untuk memperbaiki tekstur tanah. Pupuk organik telah banyak beredar dipasaran sebagai pengganti pupuk kimia sintetik (pupuk buatan), tetapi harganya relatif tinggi. 
Kelompok Tani Organik Parmalim di Toba Samosir, di inspirasi dan dimotivasi oleh Ir M Naopospos (Ihutan Parmalim) yang sengaja menggaet motivator tani organik  Bapak Erwin Landy yang sudah lama menjadi motivator tani organik di SUMUT, asal kota Medan. Secara bersama-sama berdua membimbing petani Parmalim yang tergabung dalam Kelompok Tani Organik Parmalim, baik secara on line dan di tinjau langsung. Pak M. Naipospos mendorong mobilisasi dan manpowering, Pak Erwin berperan sebagai pemandu teknis pengerjaan praktik pembuatan MOL, penggandaan MOL, pembuatan pupuk organik cair dan pupuk organik padat. 
Tricoderma sp

Model Desiminasi Hasil Pelatihan oleh Petani
Kelompok ini di inisiasi oleh bapak M Naipospos pada Desember 2017 dengan 10  orang petani Toba Samosir yang kebetulan dari parmalim mengikuti Pelatihan Pertanian Organik masyarakat DAS Danau Toba, di Tuktuk, Kab. Samosir. Setelah pelatihan mereka didorong mempraktikkan dan mendesiminasikan ke petani-petani parmalim, hingga membentuk Kelompok Tani Organik Parmalim, 10 orang ini jadi anggota inti kelompok. 
Hasil pelatihan mendorong mereka mengidentifikasi berbagai bahan tanaman yang berguna dalam pertanian organik. Bahan "pupuk" sumber N, P dan K. Bahan sumber mineral, asam amino, dan sumber zat berkhasiat khusus. Bahan berkahsiat dimaksud adalah bahan yang mengandung zat pengatur tumuh/hormon auxin, gibberelin (GA), sitokinin. Juga mereka telah diberi ilmu oleh pak Erwin tentang bahan bahan yang mengandung biopestisida dan agen biofungisida, serta cara mengidentifikasi dan mengembangbiakkan mikrooganisme lokal yang baik dan efektif meremediasi tanah, penyubur, pengurai fosfat, mikoriza, bakteri dan jamur simbiotik, bakteri fotosintetik tanah, bakteri nitrat dan denitrifikans. Namun sang motivator memakai istilah-istilah yang lebih sederhana dan mudah dimengerti orang awam, sehingga mudah dipahami anggota kelompok. Mereka adalah diantaranya : Riani Simanjuntak ibu rumahtangga 36 tahun, Jonroi Sirait 25 tahun masih lajang, Indah Sari Ambarita 23 Tahun juga masih gadis, Agus Sirait, Maruba Naipospos, Paet Naipospos,  Dedi Hutapea, Roslin Manurung, Ramot Sitanggang yang terpencar di Kab. Toba Samosir.
Mereka didukung penuh organisasi Punguan Parmalim dan mendedikasikan personel ppengurus untuk membantu kelompok ini, melalui BIDANG III Sosial Budaya dan Kewirausahaan. Informasi dan perkembangan kelompok ini pun secara rutin diupload dalam grup-grup WA sehingga menjadi perhatian hampir semua warga parmalim termasuk di Simalungun, Tapanuli Tengah, Aceh Singkil, Asahan, Labuhan Batu, Batubara, Deliserdang, Binjai, bahkan diluar Sumatera Utara mendapat informasi tentang Tani Organik.

Dalam diskusi-diskusi semakin semarak. Banyak fungsionaris Punguan Parmalim ikut nimbrung didalamnya, seperti Jaya Damanik, Herta Simanjuntak, dan Marubat Sitorus, Rohani Sirait, membantu mereka dalam hal konsep ilmiahnya. Punguan Sitorus, Riama Manurung, Parulian Manik, Ojak Pardosi memfasilitasi pertemuan dan membantu secara teknis. serta para perantau membantu finansial memulai kegiatan.

Di Bulan desember itu juga aksinya lang dimulai dan terus dipantau Erwin Landi dan Bapak M Naipospos, akhirnya mereka berhasil secara marsiadapari membuat PUPUK ORGANIK CAIR,  masing masing 1 drum besar, dengan kapasitas panen 3-6 bulan sebesar 300 liter POC super mix. 
Kemudian disosialisasikan dengan warga Parmalim, dan menginisiasi pembuatan Pupuk Organik Padat manual berukuran raksasa. Ini ditujukan untuk mengajak lebih banyak orang yang terlibat dalam kelompok. Agar gaung Tani Organik lebih gencar dikalangan petani kita, khususnya Parmalim. 
Bahkan informasi dampak lingkungan akibat pertanian kimiawi ditegaskan kembali, dipadu dengan semangat dalam masa pra-pupuk kimia, ompung-ompung kita memelihara alam dengan bertani organik kuno, dengan teknik pengolahan "manggole", "mangorbuhi" "masiadapari" dan "parapian", mangase homban untuk menghargai kelestarian alam sebagai "rumah" dan sumber penghidupan kehidupan. Bahwa semua itu termasuk bagian dari spiritual hamalimon.

Sejak Januari dirancang pembuatan PUPUK ORGANIK PADAT (kompos)  sebesar 20 ton secara manual, dengan gotongroyong oleh warga Parmalim di tobasa.  Masingmasing rumahtangga mengumpul sampah organik rumah dan, bahan bahan lain lebih dari 20 jenis yang semuanya melimpah di tempat ini. Diantaranya daun Sipaetpaet, lamtoro, Sibangkos (babadotan), eceng gondok,  Pupuk kandang, Eceng gondok, Sipaet-paet, Ganefo/Gambang-gambang, kulit kopi, kulit durian, jerami, kulit coklat, Arang sekam padi, dedak, serbuk kayu, daun bambu, batang pisang, daun lamtoro. Ini semua dari lokal sesuai prinsip LEISA (1).


LEISA adalah singkatan dari Low External Input for Sustainable Agriculture atau Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Pendekatan ini sama sekali tidak menentang pemakaian input luar. LEISA menurut Reijntjes dkk. mengacu pada bentuk-bentuk pertanian sebagai berikut:
• Berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usaha tani, yaitu tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar.
• Berusaha mencari cara pemanfaatan input luar hanya bila diperlukan untuk melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam ekosistem dan meningkatkan sumberdaya biologi, fisik dan manusia. Dalam memanfaatkan input luar, perhatian utama diberikan pada maksimalisasi daur ulang dan minimalisasi kerusakan lingkungan.

Mengacu prinsip dasar ini pengetahuan serta sumberdaya lokal sangat berperan dalam pertanian berkelanjutan. Memperhatikan potensi paitan dan mengkaji pemanfaatannya dalam perspektif LEISA menjadi sangat menarik.






LEISA adalah singkatan dari Low External Input for Sustainable Agriculture atau Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Pendekatan ini sama sekali tidak menentang pemakaian input luar. LEISA menurut Reijntjes dkk. mengacu pada bentuk-bentuk pertanian sebagai berikut:
• Berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usaha tani, yaitu tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar.
• Berusaha mencari cara pemanfaatan input luar hanya bila diperlukan untuk melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam ekosistem dan meningkatkan sumberdaya biologi, fisik dan manusia. Dalam memanfaatkan input luar, perhatian utama diberikan pada maksimalisasi daur ulang dan minimalisasi kerusakan lingkungan.
Mengacu prinsip dasar ini pengetahuan serta sumberdaya lokal sangat berperan dalam pertanian berkelanjutan. Memperhatikan potensi paitan dan mengkaji pemanfaatannya dalam perspektif LEISA menjadi sangat menarik.
Launcing hari ini di Siraituruk, Porsea- Toba Samosir 17 Maret 2018. 


Pupuk organik telah digunakan sejak dahulu kala oleh petani, namun karena penggunaan pupuk kimia yang lebih praktis, dewasa ini petani lebih banyak menggunakan pupuk kimia untuk mengolah lahan pertaniannya, yang dampaknya sudah semakin terlihat dengan menurunnya kualitas lahan pertanian. Parmalim era sekarang ingin kembali menerapkan pola pertanian yang telah dilakukan oleh para pendahulunya. Hal ini sudah sejak lama menjadi harapan Ihutan Parmalim Raja Monang Naipopos. Berkaitan dengan hal tersebut, Kelompok Tani Organik Parmalim Kabupaten Toba Samosir mencoba membuat pupuk organik padat dengan kualitas terbaik pada skala besar sebayak 30 ton secara manual.
Tujuan utama kegiatan ini bagi Ihutan Parmalim bukan sekedar "pembuatan kompos". Pembuatan pupuk organik padat (kompos), sebanyak 30 (tiga puluh) ton diharapkan dapat membangun semangat gotong royong/kebersamaan. Dengan semangat gotong royong, kerja berat menjadi ringan. Juga diharapkan membangun kapasitas petaninya dalam hal kemampuan menganalisis dampak ling-kungan, menganalisis ekonomi usaha pertanian,  kewirausahaan, serta belajar membuka jaringan kerja/usaha. Selama kira-kira satu bulan sebelum hari pencampuran, masing-masing rumah tangga Parmalim sudah mengumpulkan sampah organik sebanyak 5 (lima) karung per rumah tangga. 
Acara pembukaan pembuatan kompos dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 17 Maret 2018 pukul 1500 Wib, bertempat di Kantor DPD Punguan Parmalim Kabupaten Toba Samosir, Sirait Uruk Desa Patane I Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir, yang dihadiri oleh Anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir, Bapak Syamsudin Manurung, SH, M.Si, Uspika Kecamatan Porsea (Camat, Kapolsek dan Danramil), Kepala Desa Patane I, aktivis lingkungan (Bapak Erwin Landi) serta insan pers.
Pelaksanaan gotong royong massal oleh seluruh Anggota Kelompok Tani Organik Parmalim diadakan pada hari Minggu tanggal 18 Maret 2018 yang dilanjutkan dengan pencacahan dan pencampuran bahan yang sudah terkumpul di tempat pengolahan kompos. Kompos yang sudah dicampur akan diaduk setiap minggu selama sebulan.
Setelah satu bulan proses fermentasi, kompos dipekirakan sudah siap dipanen.


Sebelumnya, pada acara pembukaan pembuatan kompos di Kantor DPD Punguan Parmalim Kabupaten Tobasa, Sabtu (17/3), anggota DPRD Toba Samosir Syamsudin Manurung menyampaikan apresiasi dan dukungan terhadap kegiatan yang dilakukan kelompok tani Parmalim.


Menurutnya, dampak penggunaan pupuk kimia dalam budi daya tanaman yang dilakukan petani, sudah semakin memprihatinkan, terlihat dari penurunan kualitas dan produksi pertanian serta makin berkurangnya tingkat kesuburan lahan pertanian di daerah tersebut. "Semangat kewirausahaan serta jaringan usaha perlu dibuka. Karena penggunaan kompos sebagai pengganti pupuk kimia sangat menguntungkan bagi petani, jika ditinjau dari analisa ekonomi," ujar Syamsudin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih...