(dari limbah yang merugikan menjadi pupuk)
Menghaluskan bahan kompos |
Arang Sekam padi (biocarbon) dari limbah gilingan padi, merupakan bahan kompos yang sangat baik |
Dengan bertani organik atau setidaknya semi organik kita bisa : 1) menghemat biaya, 2) memperbaiki lingkungan, 3) memaksimalkan tenaga kerja, 4) meningkatkan produksi berkelanjutan.
Daun Bambu (Foto MN) |
LIMBAH sumber kompos.
1. Limbah rumah tangga sangat baik untuk kompos, seperti air cucian beras, air kelapa, ampas kelapa, sisa sayuran dan buah, serta nasi sisa. kulit buah, asmpas kopi dan bubuk teh, perut ikan, kotoran ternak dan masih banyak lagi. Langkang pertama dan utama adalah mengumpul sampah ORGANIK terpisah dari Non ORGANIK. Buah busuk, sisa kacang panjang, nenas, pisang, ampar jus buah, sangat baik menumbuhkan mikroba pengurai bahan kompos.
2. Limbah Kebun : kebun kopi, cokelat, kemiri, dan lainnya menyisakan sampah daunnya, kulit buah yang melimpah bisa jadi bahan kompos, sisa panenan sayur mayur dan tanaman lainnya juga merupakan limbah organik yang baik diolah jadi kompos. Termasuk limbah gulma kebun seperti rumput gelagah daun sijumbak dan sibangkos (Toba).
3. Limbah Pertanian Sisa panen padi berupa jerami dan biji kosong (lapung) sangat mudah di dapat dan melimpah. Sawah yang sering berseling dijadikan kolam juga menghasilkan limbah paku air seperti mata lele, azolla, dan kiambang (gambang-gambang, ganepo disebut di Toba) merupakan bahan kompos yang sangat TOP. Satu tingkat dibawah eceng gondok.
Mata lele |
Kiambang |
Eceng gondok |
matalele merah |
Selain itu penting sekali ada dalam kompos : Kotoran hewan (sapi, unggas, kambing, kerbau), bonggol pisang dan batang pisang, serta bahan-bahan yang kaya nitrogen seperti daun segar paitan (sipaet-paet) yang terdapat liar melimpah di Toba.
PEMBUATAN :
Bahan Ideal (mana yang tersedia)
Bahan Baku Kompos Padat (menurut kelompok TOP 2018) per 1000 kg kompos
Bahan padat dicincang : dalam Kg
|
||
Kotoran Hewan Herbivora (Kambing, kelinci, sapi,
kerbau)
|
150
|
|
Urin (kencing) Hewan herbivora
|
5 |
|
Dedak
|
20
|
|
Akar bambu
|
5 |
|
Daun Bambu
|
5
|
|
Rebung
|
2 |
|
Akar rumput graminae (jagung, gelagah, rumput
gajah, sanggar, sereh)
|
1
|
|
Bongkol Pisang
|
20
|
|
Pelepah batang pisang
|
50 |
|
Kulit pisang
|
3 |
|
Kulit buah ( durian)
|
10
|
|
Daun Paitan (sipaet-paet)
|
450 |
|
Rumput babandotan / sibangkos
|
2
|
|
Jerami
|
100
|
|
Daun Kelor
|
2 |
|
Eceng gondok
|
50 |
|
Sabuk Kelapa
|
2 |
|
Daun leguminose (Caliandra/)
|
5 |
|
Arang Sekam
|
200
|
|
serbuk kayu gergajian
|
100
|
|
Mata lele (Azolla)
|
10
|
|
Kiambang/ganefo (Salvinia natans)
|
10
|
|
Kulit Nangka, Kopi, Cokelat, Kemiri, dan
buahbuahan Ampas Jus
|
150 |
|
Sisa panen, sampah rumah, abu pembakaran kayu,
|
!
|
|
Bahan Dasar Cairan (Penyiram Kompos) : dalam liter atau
|
||
Bibit inokulan Mikroba Pengompos (Starter MOL,
EM4)
|
2
|
|
Gula Merah atau Molase
|
2
|
|
AIR/ Cairan 100 liter |
||
Air Kelapa
|
10
|
|
Air Cucian Beras
|
30
|
|
Air Bersih
|
60
|
|
Labu Siam (kukus) dan nasi sisa
|
tarter
Persiapan :
Gula/ Molase + Bekatul + Air direbus 1 : 10 liter air didinginkan ditambahkan bibit MOL atau EM4, dibiakka satu malam sebelum diencerkan dengan 100 liter cairan, dipakai sebagai penyiram saat pencampuran dan pengadukan kompos.
Proses
Pengomposan
Kompos Padat
Proses
pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses
pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif
dan tahap pematangan.
Selama
tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi
akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik (Suhu
biasa sampai sedang).
Suhu
tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan
peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o –
70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba
yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif
pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik
yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen
akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas.
Perlu dilakukan pengadukan seminggu sekali, bertujuan menambah oksigen dan
menurunkan suhu. pada kesempatan lain perlu penyiraman mempertahankan kelembaban
kompos.
Setelah
sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami
penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu
pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi
penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 –
40% dari volume/bobot awal bahan. Perlu pengadukan
dan Pengayakan, bahan yang susah terurai dipisahkan untuk pengomposan dari
awal.
Pematangan dilakukan dengan membiarkan kompos benar-benar dingin dan kadar
air rendah (8-14 %). Kompos padat siap dikemas dan digunakan. Biasanya
memerlukan waktu 2-3 bulan, tergantung pengadukan, aerasi dan pengaturan kadar
air.
Pada proses
pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik
(tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik,
dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik.
Proses
dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses
anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan
akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam
asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
HORAS