Pupuk Organik

KOMPOS SUPER TOP




PUPUK KOMPOS PADAT SUPER                              TANI ORGANIK PARMALIM 2019

NILAI Ekonomi :KOMPOS. Dari aspek ekonomi, pupuk ini memanfaatkan bahan-bahan organik yang berasal dari limbah-limbah pertanian yang mudah didapatkan di sekitar kita, sehingga pupuk ini tidak memerlukan biaya yang besar dalam pembuatannya. Lingkungan Manfaat pupuk ini dari aspek lingkungan yaitu mengurangi pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan sampah yang merupakan sumber pencemaran lingkungan, KOMPOS pupuk yang ramah lingkungan bahkan dapat mengamil kembali RESIDU ZAT KIMIA tanah yang berasal dari PESTISIDA dan PUPUK KIMIA yang berlebihan.
Bagi Tumbuhan / Tanah   Manfaat bagi tanah dan tumbuhan yaitu meningkatkan kesuburan tanah serta menyediakan unsur-unsur hara mineral memadai dan seimbang yang bisa diserap oleh tanaman.Produtivitas dari tanaman akan berkurang jika tanaman kekurangan unsur hara dan mineral, terutama jika tanaman tersebut tumbuh pada tanah yang bersifat terlalu asam maupun terlalu basa. yaitu memperbaiki struktur, drainase dan tata udara dalam tanah, memperbesar daya ikat air terhadap tanah, daya ikat tanah terhadap unsur hara, membantu dalam proses pelapukan mineral, menjadi sumber bahan makanan bagi mikroorganisme, dan menurunkan aktivitas mikroba yang merugikan.

Bahan-Bahan yang Dapat Dikomposkan
Bahan organik berpengaruh terhadap sifat fisik, biologi, dan kimia tanah. Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah yaitu memperbaiki aerasi tanah, merangsang granulasi tanah, dan meningkatkan daya ikat air.
Peran bahan organik terhadap sifat biologi tanah yaitu aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam fiksasi nitrogen dan transfer P, K serta hara tertentu akan meningkat.
Bahan organik yang umum dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk ini berasal dari limbah-limbah pertanian, tidak harus lengkap, sesuaikan yang ada di sekitar meliputi:


Mengumpul daun Paitan (TOP 2018)
  • limbah dan sisa tanaman kering (daun bambujerami, kulit buah seperti kopi,pisang, durian, kemiri dll)
  • kotoran ternak (salah satu : kambing, kelinci sapi, kerbau, unggas)
  • pupuk hijau (daun kaliandra /lamtoro, daun paet-paet, daun rumput kebun)
  • penambat nitrogen seperti : mata lele, paku air (azolla), gambang2
  • pembentuk humus (eceng gondok)
  • Bongkol pisang dan batang pisang
  • Dedak,
  • Sisa kayu lapuk, limbah tanaman lapuk, (serbuk gergaji)
  • Arang sekam padi (biochar)
  • Abu dapur /abu kayu bakar
  • limbah ternak cair (terutama yang mengandung urin/kencingnya),


A.               KOMPOSISI BAHAN:
Saran takaran Perbandingan bahan (untuk kurang lebih 500 kg bahan kompos)


1.     100 kg Kotoran Hewan padat
(P dan N, K)
2.    200 kg Paet-paet, dan daun-daun segar, (N-P; mineral dan vitamin)  
3.    100 Kg Bahan Serbuk : Arang sekam padi (biocar) 15-50 kg, Sebuk kayu, batang kayu lapuk 15-25 Kg, Dedak 15 -25 Kg, Abu dapur/pembakaran kayu 3-10 Kg,
(P-K- Mineral Mikro, menaikkan pH)
4.    50 kg Bongkol dan batang pisang,
( P, N, Mg, Ca dan bakteri fospat)
5.    10 kg Daun kering kg (daun bambu, jerami, daun kering terutama yang mulai lapuk) unsur P dan K
6.    10 kg Tumbuhan air (gambang2, genjer, ganefo, mata lele, eceng gondok)
unsur N
7.    50 kg bahan lainnya (macam2 kulit buah, limbah sayur, sisa makanan)
(K dan mineral mikro, gula, vitamin)
8.    5-10 liter urin (+ N)



Sumber mikroorganisme pengurai, mikoriza dan rhizobium perlu ada  dalam pembuatan kompos yang baik; yaitu
Pengurai : 1) Starter MOL : bisa pakai POC yang sudah mulai permentasi (min. 10 hari) atau 2) Ragi dan kapang : ragi tape, tuak, sisa makanan berjamur.Bisa diganti dengan EM4. (dalam larutan gula 1kg per 100 liter air sebagai PENYIRAM AWAL)
Pengaya : (jika ada) saat peniraman akhir dapat ditambahka cairan /MOL yang dikembangkan dengan permentasi, berisi :
1.    Bakteri Penambat N ; dari Akar putrimalu, mata lele, akar polong-polongan
2.    Bakteri Pelarut P dan K;dari  akar bambu, akar jagung, akar rumput gajah / gelagah
3.    Mikorhiza; dari akar pinus diambim yang ada cendawan seperti kapas



B.               CARA PEMBUATAN  KOMPOS PADAT
PENYIAPAN TEMPAT : siapkan Bak kayu,  2 x 2 x1 m atau tempat diatas tanah (perlu alas plastik, dinding penopang) di tempat yang di naungi /atap teduh; dan bisa ditutup terpal. Sebaiknya dibuat lubang lubang hawa dari pipa/bambu.
Bahan Padat:
Bahan kasar dicincang (semakin halus baik); bahan serbuk diaduk lebih dulu, kemudian diaduk seluruhnya merata, ditimbun di tempat pengomposan secara bertahap, disiram setiap lapisan 20 CM, kemudian ditutup, tetapi ada lubang udara/pipa/lubang bambu.
Diaduk setidaknya setiap 7-10 hari selam 4-6 kali, jika perlu disiram agar tetap lembab. Jika sudah halus dan berwarna hitam, aduk-aduk mendinginkan/diangin-anginkan. Setelah suhu kompos dingin, karungkan.


MARI MULAI MEMBUAT .  



  • CATATAN :
  • 1. TAKARAN/PERBANDINGAN di atas hanya sebagai acuan, boleh beda sesuai bahan yang tersedia
  • 2. UTAMAKAN BAHAN DARI TUMBUHAN Hindari bahan yang lama busuk (daun pisang, ijuk, kulit jengkol dll) KOMPOS bisa dibuat sedkit demi sedikit, sesuai BAHAN yang ADA tersedia dahulu tempatkan sementara dalam wadah , jangan biarkan  merembes airnya/tiris, karena unsur hara ada di airnya.
  • 3. Utamakan MENGGUNAKAN LIMBAH ORGANIK DARI SEKITAR KITA, di pekarangan, di sawah, ladang, tepi jalan dan sampah organik dari rumah/ dapur. Jadi bersih.





PEMBUATAN MOL DAN POC / PGPR
merupakan istilah penggunaan mikroba untuk pembuatan pupuk organik cair. MOL :MIKRO ORGANISME LOKAL, POC Pupuk Organik Cair, dibuat sebagai bahan cairan pengurai kompos, sebagai pupuk dan pembenah tanah baiknya untuk tanaman yang tumbuh di tanah saja, dan tanahnya yang disiram MOL encer. Memamfaatkan mikroba baik ke tanah perakaran tanaman. Yang diketahui memperbaiki kesuburan, mengurangi hama dan penyakit, dan mengurai bahan dalam tanah agar dapat diserap tanaman. PGPR karena mol dan POC mengandung banyak mikroba baik, sesuai proses dan bahan yang khusus.

PEMBUATAN MOL
Pertama, siapkan botol 1 plastik air minum kemasan ukuran besar (1.500 mililiter).

Kedua, siapkan nasi berjamur dilumatkan 60 gram , tambahkan tuak atau tapai, sedikit saja, jadi 100 gram, lalu masukkan dalam botol tadi.( Selain Nasi bisa dibuat MOL buah ranum/sisa, MOL Nenas, rebung, toge, kacang panjang dll. dan MOL air beras dan air kelapa juga sangat bagus)
Ketiga, isikan air dalam botol tadi. Tidak usah penuh, cukup 3/4 penuh.
Keempat, masukkan gula cair 50 gram yang dicairkan. Bisa gula pasir atau gula merah, 5 sendok makan.
Kelima, kocok-kocok sebentar agar gula tercampur melarut.
Keenam, biarkan botol terbuka tidak ditutup selama 4 atau 5 hari. Selanjutnya, selamanya botol tidak ditutup, biar MOL-nya bisa bernafas.
Ketujuh, setelah 5 hari, dan kalau dicium akan berbau wangi alkohol, maka MOL telah bisa dipakai.
Kedelapan, kalau ingin ”beternak” MOL, maka ambillah botol kosong yang sejenis, lalu bagilah MOL dari botol yang satu ke botol kedua. Separoh-separoh. Lalu isikanlah air ke dalam an tambahkan gula seperti datas pada keduanya, Begitu seterusnya.

PEMBUATAN PGPR : CARAnya YANG HAMPIR SAMA DENGAN mol. Tetapi pengerjaan harus lebih teliti dan steril
Cari sumber mikroba : 1. Bakteri Pelarut P dan K paling banyak dari akar tumbuhan tertenyu seperti Akar bambu, gelagah, rumput gajah. 2. Bakteri pengikat N dari udara seperti akar kucingan, putrimalu, akar kelor, hisik-hisik, salah satunya. 3. Sisa minuman yakult mengandung lactobacillus, menekan bakteri patogen tahah.
Pertama : Siapkan wadah bersih dengan tutup. Air bersih dan sudah didihkan dan didinginkan. Siapkan makanan mikroba yang telah di sterilkan. (misalnya dedak halus, gula, kentang, air kelapa). Pertama salah satu sumber mikroba/bakteri direndam dalam air bersih steril diberikan sedit gula steril juga, selama 3-5 hari. Jika terbentuk gelembung udara dan bau mirip asam tape itu bagus. Diperbanyak seperti membuat MOL, tetapi tidak pakai ragi lagi tetapi ditambahkan bahan makanan steril tadi.




PEMBUATAN POC : 
CARAnya YANG HAMPIR SAMA DENGAN mol. Tetapi bahan dan volumenya jauh lebih banyak, satu jerigen atau satu drum. 

Hasil gambar untuk POC dalam drum plastikBahan bahan (sebagai sumber N, P, K, mikro, biopertisida, dan PGPR) dari tumbuhan terpilih di haluskan, diisi didalam karung, direndam dalam drum plastik berisi cairan (ai kelapa, air beras, air biasa) selama 21 hari.Drum dilengkapi selng aerasi kedalam botol berisi air sabun.  5 hari pertama di buka pagi dan sore, diputar. Selanjutnya setiap 5 hari di aduk dengan memutar karung didalamnya. Pada hari 21 POC bisa dipanen 5 liter, disimpan 2 minggu baru dipakai sebagai pupuk cair. Air Kelapa dan Air Beras dimasukkan menggantikannya juga sebanyak 5 liter, begitu setiap 2 minggu. Bahan dalam karung : hampir sama dengan kompos, ukurannya masing-masing 200-500 gram setiap bahan.Tambahannya gula merah 2 kg, (sebaiknya ada daun bambu, rebung, akar bambu /rumput gelagah, akar-akar putrimalu, bongkol pisang). Jika sudah ada PGPR baik untuk POC.

MIKROBA (MOL) dan hara yang terkandung dalam dalam bahan bahan pembuatan POC
Air Kelapa : Vitamin dan mineral, hormon, asam amino penting
Air Leri/Cucian Beras, Zat besi, seng, Vitamin B (biotin)
Susu : Lactat sebagai makanan awal mikroba Lactobacillus.
Telur : Protein dan Vitamin A
Nasi sisa : sumber mikroba (jamur pembusuk) dan karbohidrat, makanan awal mikroba
Molase atau gula merah, makanan awal untuk perkembang biakan mikroba-mikroba dalam POC / larutan MOL
Bongkol Pisang = Hara P dan hormon sitokinin, bakteri Lactobacillus (pelarut P)
Kulit Pisang = Hara P dan K
pucuk Paitan dan Babandotan = Hara N dan hormon auxin, anti bakteri
MOL sabuk kelapa sumber K
MOL jerami Padi sumber K dan P
Akar Bambu (sumber mikroba Bacillus, Aspergillus; Trichoderma)
Rebung Bambu Hormon auksin dan giberelin
Akar Rumput-rumputan (jagung dan rumput gajah sumber bakteri Bacillus pelarut P dan K dan hormon sitokinin)
MOL Buah busuk (pepaya, pisang, Nenas) sebagai sumber mikroba SaccharomycesPseudomonas dan Acetobacter,


PEMBUATAN KOMPOS PADAT


(dari limbah yang merugikan menjadi pupuk)

Hasil gambar untuk POC dalam drum plastik
Menghaluskan bahan kompos
Arang Sekam padi (biocarbon) dari limbah gilingan padi, merupakan bahan kompos yang sangat baik
Hasil gambar untuk POC dalam drum plastik
Pupuk kimia itu mahal dan terkadang langka. Pemupukan kimia berlebihan mahal ongkos dan merusak struktur tanah. Tanah yang selama ini dikelola dengan intensifikasi berbasis kimia menyimpan bom waktu kerusakan lingkungan.
Hasil gambar untuk bahan kompos"Dengan bertani organik atau setidaknya semi organik kita bisa : 1) menghemat biaya, 2) memperbaiki lingkungan, 3) memaksimalkan tenaga kerja, 4) meningkatkan produksi berkelanjutan.
membuat mikro organisme lokal dengan buah-buahan 1

Daun Bambu (Foto MN)
Siapa saja dapat membuat kompos padat. dengan sumber bahan utama limbah rumahtangga, kebun dan pertanian.

LIMBAH sumber kompos.
1. Limbah rumah tangga sangat baik untuk kompos, seperti air cucian beras, air kelapa, ampas kelapa, sisa sayuran dan buah, serta nasi sisa. kulit buah, asmpas kopi dan bubuk teh, perut ikan, kotoran ternak dan masih banyak lagi. Langkang pertama dan utama adalah mengumpul sampah ORGANIK terpisah dari Non ORGANIK. Buah busuk, sisa kacang panjang, nenas, pisang, ampar jus buah, sangat baik menumbuhkan mikroba pengurai bahan kompos.


2. Limbah Kebun : kebun kopi, cokelat, kemiri, dan lainnya menyisakan sampah daunnya, kulit buah yang melimpah bisa jadi bahan kompos, sisa panenan sayur mayur dan tanaman lainnya juga merupakan limbah organik yang baik diolah jadi kompos. Termasuk limbah gulma kebun seperti rumput gelagah daun sijumbak dan sibangkos (Toba).
Hasil gambar untuk sibangkos
Hasil gambar untuk gelagah"


3. Limbah Pertanian Sisa panen padi berupa jerami dan biji kosong (lapung) sangat mudah di dapat dan melimpah. Sawah yang sering berseling dijadikan kolam juga menghasilkan limbah paku air seperti mata lele, azolla, dan kiambang (gambang-gambang, ganepo disebut di Toba) merupakan bahan kompos yang sangat TOP. Satu tingkat dibawah eceng gondok.
Hasil gambar untuk tanaman mata lele
Mata lele
Hasil gambar untuk Kiambang"
Kiambang

Hasil gambar untuk eceng gondok
Eceng gondok
Hasil gambar untuk azola"
matalele merah
Tumbuhan dari air ini sangat baik membentuk humus dan membuat kompos gembur..

Selain itu penting sekali ada dalam kompos : Kotoran hewan (sapi, unggas, kambing, kerbau), bonggol pisang dan batang pisang, serta bahan-bahan yang kaya nitrogen seperti daun segar paitan (sipaet-paet) yang terdapat liar melimpah di Toba.
Hasil gambar untuk paitan


PEMBUATAN :

Bahan Ideal (mana yang tersedia)


Bahan Baku Kompos Padat (menurut kelompok TOP 2018) per 1000 kg kompos

Bahan padat dicincang : dalam Kg


Kotoran Hewan Herbivora (Kambing, kelinci, sapi, kerbau)

150

Urin (kencing) Hewan herbivora

5

Dedak

20

Akar bambu

5

Daun Bambu

5

Rebung

2

Akar rumput graminae (jagung, gelagah, rumput gajah, sanggar, sereh)

1

Bongkol Pisang

20

Pelepah batang pisang

50

Kulit pisang

3

Kulit buah ( durian)

10

Daun Paitan (sipaet-paet)

450

Rumput babandotan / sibangkos

2

Jerami

100

Daun Kelor

2

Eceng gondok

50

Sabuk Kelapa

2

Daun leguminose (Caliandra/)

5

Arang Sekam

200

serbuk kayu gergajian

100

Mata lele (Azolla)

10

Kiambang/ganefo (Salvinia natans)

10

Kulit Nangka, Kopi, Cokelat, Kemiri, dan buahbuahan Ampas Jus

150

Sisa panen, sampah rumah, abu pembakaran kayu,

!

Bahan Dasar Cairan (Penyiram Kompos) : dalam liter atau


Bibit inokulan Mikroba Pengompos (Starter MOL, EM4)

2


Gula Merah atau Molase

2


AIR/ Cairan 100  liter



Air Kelapa

10


Air Cucian Beras

30


Air Bersih

60


Labu Siam (kukus) dan nasi sisa

 



tarter

Persiapan :

Gula/ Molase + Bekatul + Air direbus 1 : 10 liter air didinginkan ditambahkan bibit MOL atau EM4, dibiakka satu malam sebelum diencerkan dengan 100 liter cairan, dipakai sebagai penyiram saat pencampuran dan pengadukan kompos.

Proses Pengomposan

Kompos Padat

Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan.

Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik (Suhu biasa sampai sedang).
Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o – 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas.

Perlu dilakukan pengadukan seminggu sekali, bertujuan menambah oksigen dan menurunkan suhu. pada kesempatan lain perlu penyiraman mempertahankan kelembaban kompos.

Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan. Perlu pengadukan dan Pengayakan, bahan yang susah terurai dipisahkan untuk pengomposan dari awal.

Pematangan dilakukan dengan membiarkan kompos benar-benar dingin dan kadar air rendah (8-14 %). Kompos padat siap dikemas dan digunakan. Biasanya memerlukan waktu 2-3 bulan, tergantung pengadukan, aerasi dan pengaturan kadar air.


Pada proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik.

Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.


HORAS


Mamfaat Kompos


NILAI Ekonomi :KOMPOS. Dari aspek ekonomi, pupuk ini memanfaatkan bahan-bahan organik yang berasal dari limbah-limbah pertanian yang mudah didapatkan di sekitar kita, sehingga pupuk ini tidak memerlukan biaya yang besar dalam pembuatannya. Lingkungan Manfaat pupuk ini dari aspek lingkungan yaitu mengurangi pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan sampah yang merupakan sumber pencemaran lingkungan, KOMPOS pupuk yang ramah lingkungan bahkan dapat mengamil kembali RESIDU ZAT KIMIA tanah yang berasal dari PESTISIDA dan PUPUK KIMIA yang berlebihan.
Bagi Tumbuhan / Tanah   Manfaat bagi tanah dan tumbuhan yaitu meningkatkan kesuburan tanah serta menyediakan unsur-unsur hara mineral memadai dan seimbang yang bisa diserap oleh tanaman.Produtivitas dari tanaman akan berkurang jika tanaman kekurangan unsur hara dan mineral, terutama jika tanaman tersebut tumbuh pada tanah yang bersifat terlalu asam maupun terlalu basa. yaitu memperbaiki struktur, drainase dan tata udara dalam tanah, memperbesar daya ikat air terhadap tanah, daya ikat tanah terhadap unsur hara, membantu dalam proses pelapukan mineral, menjadi sumber bahan makanan bagi mikroorganisme, dan menurunkan aktivitas mikroba yang merugikan.

Bahan-Bahan yang Dapat Dikomposkan

Bahan organik berpengaruh terhadap sifat fisik, biologi, dan kimia tanah. Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah yaitu memperbaiki aerasi tanah, merangsang granulasi tanah, dan meningkatkan daya ikat air.
Peran bahan organik terhadap sifat biologi tanah yaitu aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam fiksasi nitrogen dan transfer P, K serta hara tertentu akan meningkat.
selengkapnya ....... baca https://www.blogger.com/u/2/blogger.g?blogID=5619427202595402462#editor/target=post;postID=210551524925225530;onPublishedMenu=allpages;onClosedMenu=allpages;postNum=0;src=postname

atau

https://www.blogger.com/u/2/blogger.g?blogID=5619427202595402462#editor/target=post;postID=6487670580449506943;onPublishedMenu=allpages;onClosedMenu=allpages;postNum=1;src=postname




Mikroba baik penyubur Tanah (Biofertilizer)

  1. Mikroba sebagai fertilizer Organik (Penyubur)

Petani pertanian organik berupaya menghindari pemakaian pupuk kimia. Untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman, petani organik mengandalkan kompos sebagai sumber utama nutrisi tanaman. Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos matang kandungan haranya kurang lebih 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata lain 100 kg kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya, untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya 200 kg Urea/ha, 75 kg SP 36/ha, dan 37.5 kg KCl/ha, membutuhkan sebanyak 22 ton kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar ini memerlukan banyak tenaga kerja dan berimplikasi pada naiknya biaya produksi.

Mengatasi Pemenuhan Unsur Hara N P K dengan bantuan Mikroba

Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba.

  • Nitrogen
Hara N tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman. N harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas. Mikroba penambat N simbiotik antara lain Rhizobium yang hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan (leguminose). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya Azospirillum dan Azotobacter. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.
Pada mikroba fiksasi nitrogen merupakan bakteri yang hidup pada bintil-bintil akar tanaman kacang-kacangan ini hidup bersimbiosis, dan bintil akar tumbuh karena rangsangan dari zat tumbuh yang dihasilkan oleh bakteri tersebut dan juga dapat menyuburkan tanah. Selain itu ada pula beberapa jenis bakteri yang mampu memfiksasi N2 (nitrogen bebas dari udara) di atmosfer ke dalam tanah, yang kemudian N2 ini akan dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam pembentukan protein. Bakteri tersebut antara lain, Azotobacter vinelandiiClostridium pasteurianum dan Rhodospirillum rubrum. Mikroba bakteri fiksasi nitrogen non simbiotik diperkirakan dapat mengikat  5 – 20 gram nitrogen dari 1.000 gram bahan organik yang dirombak.

(Gbr. Azotobacter vinelandii)



Siklus nitogen di Udara (N2) dan Tanah (NH3 dn NO3-)

( Gbr. Rhodospirillum sp)





  • Phosfor
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroba pelarut fosfat (P)Tanah pertanian kita umumnya memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain Aspergillus, Penicillium, Pseudomonas, dan Bacillus Megatherium. Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza yang bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu, tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah Glomus dan Gigaspora.

  • Kalium
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah pelarut kalium (K). Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.


  • Hormon Pertumbuhan (ZPT)
Beberapa mikroba tanah mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman antara lain bakteri Pseudomonas dan Azotobacter; dan dilaporkan juga fungi Trichoderma.

Mikroba-mikroba bermanfaat tersebut diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, biofertilizer setidaknya dapat menyuplai lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman.


2. Mikroba Pengompos Limbah Organik

Teknik pengomposan merupakan salah satu cara pengolahan limbah yang memanfaatkan proses biokonversi atau transformasi mikrobial. Proses biokonversi limbah dengan cara pengomposan menghasilkan pupuk organik yang merupakan hasil degradasi bahan organik. Perubahan biologis itu sendiri adalah proses-proses yang dilakukan oleh mikroorganisme untuk merubah suatu senyawa atau bahan menjadi produk yang mempunyai struktur kimiawi yang sederhana. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah bahan organik limbah sudah terdegradasi dengan baik adalah perubahan bahan organik limbah menjadi unsur hara, terutama unsur hara makro, seperti N total, P2O5 dan K2O.

Hampir semua limbah organik dapat dijadikan kompos, mulai dari sampah dapur, sampah pekarangan, sisa pertanian/kebun, rumput atau semak di ladang, kulit buah berbagai jenis tanaman dan limbah pasar organik, serta terutama kotoran hewan ternak.
Dari berbagai kotoran limbah ternak maka limbah sapi, salah satu yang amat potensial. Kotoran ini dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang baik untuk tanaman. Pembuatan pupuk organik tidak terlepas dari proses pengomposan yang diakibatkan oleh mikroba yang berperan sebagai pengurai atau dekomposer berbagai limbah organik yang dijadikan bahan pembuat kompos. Penggunaan mikroba sebagai aktiVator untuk memperoleh kompos dengan kualitas yang baik tergantung kepada bahan bahan yang digunakan, cara pembuatannya, tempat pembuatannya serta lama pengomposan.
Salah satu aktivator atau dekomposer yang sering digunakan adalah EM4. Aktivator EM4  berisi beberapa mikroba yang berperan dalam penguraian atau dekomposisi limbah organik hingga dapat menjadi kompos. Mikroba tersebut lignolitik, selulolitik, proteolitik, lipolitik, aminolitik dan mikroba fiksasi nitrogen non-simbiotik.
Mikroba – mikroba tersebut mempunyai peran – peran tersendiri hingga mampu memperbaiki dan mempercepat proses pengomposan yang kita lakukan. Mikroba tersebut adalah sebagai berikut:
Mikroba lignolitik berperan dalam menguraikan ikatan lignoselulose menjadi selulose dan lignin. Lignin ini kemudian diuraikan lagi oleh enzim lignase menjadi  derivate  lignin yang lebih sederhana sehingga mampu mengikat NH4 membentuk agregat.
Mikroba selulotik akan mengeluarkan enzim selulose yang dapat menghidrolisis selulosa menjadi hemi-selulosa lalu dihidrolisis lagi menjadi D-glukosa dan akhirnya  difermentasikan sehingga menghasilkan asam laktat, etanol, CO2 dan ammonia.

Bakteri proteolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim protease ekstraseluler, yaitu enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel. Semua bakteri mempunyai enzim protease di dalam sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim protease ekstraseluler.
Bakteri proteolitik dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok:
1.        Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif, tidak membentuk spora, misalnya Pseudomonasdan proteus.
2.       Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif, ber-spora, misalnya Bacillus.
3.       Bakteri anaerobik pembentuk spora, misalnya sebagian spesies Clostridium.


Pseudomonas sp.
 
(Gbr. Pseudomonas sp)





(Gbr. Cellulomonas sp)


Mikroba proteolitik akan mengeluarkan enzim protease yang dapat merombak protein
menjadi polipeptida, lalu menjadi peptida sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2 dan air.
Mikroba lipolitik akan menghasilkan enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak.
Mikroba selulolitik menghasilkan sellulase mengurai selllulosa pada dinding sel tumbuhan
Mikroba amilolitik akan menghasilkan enzim amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi volatile fatty acids dan keto acids yang kemudian akan mudah diubah menjadi asam amino.


  • CARA PERBANYAKAN  Bakteri dan Mikroba 

Penting mengetahui sifatnya apakah bisa tumbuh dalam kondisi aerob atau anaerob atau bahkan dalam kedua-duanya. Jika bakteri/mikroba bisa aerob dan anaerob maka jenis ini mudah dibiakkan.
Media yang biasa lazim digunakan untuk pembiakan mikroba adalah EKG (Ekstrak Kentang Gula),Ekstrak Kedelai,atau ekstrak keong mas. Cara pembuatan media dikupas pada tulisan lain.
Cara perbanyakannya adalah sbb:
Bahan:
1.Kentang  1,5 kg
2.Gula pasir 75 gram
3.Air 5 liter
4.Isolat Serratia/bakteri merah 1 tabung.
5.Aerator aquarium
6.Galon Aqua
Cara pembuatan:
1.Kentang dikupas potong dadu, direbus bersama gula dan air hingga mendidih.
2.Masukkan dalam galon sterilisasi selama 2 jam (dikukus) dalam dandang.
3.Setelah dingin masukkan isolat / indukan mikroba dan difermentasi secara aerob dengan bantuan aerator.
4.Setelah 10-14 hari larutan siap digunakan.
Dosis Aplikasi:
Diencerkan  dengan dosis 5 -10 cc per liter air.Aplikasi pada pagi atau sore hari dan alat semprot harus bersih dari pestisida.
Selamat Mencoba….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih...